BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Di era modern ini, penggunaan teknologi semakin canggih yang akhirnya berdampak kepada lingkungan alam. Selain itu di masa ini bencana juga sering terjadi. Seperti Tsunami yang baru saja terjadi di Negara Jepang, tanah longsor, erosi dan banjir yang sering terjadi pula di Indonesia. Untuk itulah dalam kesempatan ini penyusun akan membahas mengenai antisipasi dan langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana, sehingga dampak buruk dari bencana dapat diminimalisir dengan melakukan sosialisasi dan menanamkan pengetahuan seputar bencana.Sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui beberapa media seperti pada makalah ini, untuk itulah makalah ini penyusun buat yang membahas mengenai antisipasi dan langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana Tsunami, Erosi, Tanah longsor dan banjir yang dikemas secara sistematis sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami tentang isi makalah yang kami sampaikan.
1.2 Pembatasan Masalah
Masalah yang di bahas pada makalah ini hanya mencakup tentang antisipasi dan langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara mengantisipasi bencana Tsunami, Erosi, Tanah longsor dan Banjir?
2. Langkah apasajakah yang harus dilakukan saat terjadi bencana?
1.4 Tujuan
1. Melengkapi tugas mata pelajaran IPA.
2. Mensosialisasikan kepada pembaca tentang cara mengantisipasi bencana Tsunami, Erosi, Tanah longsor dan Banjir.
3. Mengajarkan kepada masyarakat tentang langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana Tsunami, Erosi, Tanah longsor dan Banjir.
1.5 Pendekatan / Metode yang dipakai
· Study perpustakaan.
· Pencarian di media Internet.
BABII
PEMBAHASAN
2.1 Antisipasi Bencana Tsunami
Antisipasi Tsunami berguna untuk mengurangi dan menghindari ancaman bencana Tsunami.
Usaha-usaha yang dilakukan antara lain:
1. Membangun system peringatan dini (early warning sistem).
Peringatan Tsunami diinformasikan sebelum kejadian supaya masyarakat segera melakukan evakuasi. Tetapi apabila informasi tersebut datang setelah kejadian maka disebut dengan peringatan darurat (emergency) yang bertujuan untuk penyelamatan.
Peringatn dini Tsunami diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan evakuasi sebelum Tsunami datang, karena selang waktu antara gempa bumi dan Tsunami sangat singkat maka kecepatan informasi peringatan dini sangat penting. Berdasarkan selang waktu tersebut dapa di bedakan jenis-jenis peringatan-peringatan dini yang diperlukan. Tanda-tanda sebelum terjadi Tsunami adalah getran yang kuat dan sering diikuti oleh pasang naik dan pasang surut air laut. Tnada-tanda ini dapat ditangkap oleh system peralatan yang dilengkapi dengan alaram. Peralatan tersebut antara lain adalah sebaga berikut:
1.Accelerograph
Dipasang untuk getaran kuat saja. Accelerograph dilengkapi dengan alaram dan system komunikasi untuk menyebarkan berita, control operasional dan perawatan jarak ajuh, Accelerograph disebut juga strong motion seismograph.
2 . Tide Gauge
Tide Gauge adalah perangakt unutk mengukur perubahn muka laut. Informasi yang diperlukan untuk peringatan dini adalah pasang naik dan pasang surut seketika sebelum terjadinya tsunami. Peringatan pertama untuk kewaspadaan dari accelerogfraph apabila mencatat getaran-getraan kuat dan peringatan kedua dating dari tide gauge setelah mencatat perubahn mendadak muka laut.
Dua peringatan tersebut kemudian disampaikan kepada:
· Masyarakat setempat berupa alaram
· Aparat setempatyang bertugas untuk koordinasi evakuasi
· BMG pusat untuk system monitoring dan informasi darurat agar disebarkan ke lokasi lain.
Mengingat pentingnya informasi peringatan dini Tsunami maka diperlukan system komunikasi yang terdiri atas :
· Komunikasi dari stasiun ke aparat setempat
· Komunikasi dari stasiun BMG setempat
· Komunikasi dari BMG pusat ke jaringan peringatan lainnya.
Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
2. Relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami (population of park).
Relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami sangat penting dilakukan karena berguna untuk mengurangi korban jiwa. Relokasi ini dapat berupa pemindahan penduduk yang berada pada daerah rawan bencana ke tempat yang dianggap bebas dari dampak bencana. Namun kesulitan yang biasa dihadapi adalah persetujuan dari masyarakat, yang biasanya menolak untuk direlokasi. Misalnya pada masyarakat di kepulauan Mentawai yang berdomisili di dekat pantai yang menolak untuk di relokasi, sehingga timbullah banyak korban pada bencana Tsunami Mentawai beberapa waktu lalu.
3. Membuat jalur evakuasi dan persedian lahan (evacuation of route and emergency shelter).
Mengapa hal ini sangat penting? Karena pembuatan jalur evakuasi akan mempermudah penyelamatan atau evakuasi baik diri sendiri maupun orang lain menuju ke tempat yang aman dari dampak bencana.
Penyediaan lahan pun juga sangat berguna untuk menampung dan menjadi tempat berlindung. Selain itu apabila telah disediakan lahan pengungsian warga pun tak akan susah-susah untuk mencari tempat berlindung. Selain itu pada areal pengungsian biasanya telah dibangun fasilitas-fasilitas umum seperti dapur umum, MCK, dan fasilitas kesehatan yang akan sangat membantu bagi para pengungsi.
Di Kota Padang misalnya, telah direncanakan Pembangunan bukit artifisial untuk kepentingan evakuasi warga saat bencana tsunami yang diprediksi menghantam Kota Padang yang akan dimulai tahun 2011 ini. Sebelumnya studi kelayakan mengenai pembangunan bukit buatan itu telah dimulai sejak Maret 2009 oleh GeoHazards International dalam proyek bernama Project on Vertical Evacuation yang dipimpin oleh Veronica Cedillos. Bukit-bukit buatan yang secara teknis dinamakan Tsunami Evacuation Raised Earth Park (TEREP) itu berupa lokasi berupa tempat umum yang lapang dan mudah dijangkau, untuk kemudian dijadikan bukit artifisial dengan ketinggian antara lima hingga sepuluh meter dengan timbunan material tanah yang digali dari lokasi lain.Hingga saat ini telah ada sepuluh calon lokasi untuk pembangunan bukit buatan tersebut.
4. Membentuk tim penanganan bencana Tsunami (disaster management and disaster assessment).
Pembentukan tim ini bertujuan untuk meneliti tentang bencana Tsunami, sehingga dapat ditemukan solusi untuk mengurangi dampak buruk dari bencana Tsunami.
Selain itu tim penanggulangan ini juga akan memberikan informasi tentang peringatan terjadinya bencana Tsunami. Puasat Tsunami Internasional (International Tsunami warning Center) didirikan di Hawai untuk memantau terjadinya gempa bumi disekitar Samudra pasifik dan memberikan informasi kemungkinan Tsunami akan terjadi.
5. Melakukan simulasi, sosialisasi dan memasukkan pembahasan dan penanggulangan Tsunami dalam kurikulum pendidikan.
Simulasi bertujuan untuk mengajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana Tsunami.
Sosialisasi bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang bencana Tsunami dan cara untuk menanggulanginya beserta langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana terjadi.
Memasukkan pembahasan mengenai Tsunami dalam kurikulum pendidikan berfungsi untuk memberikan pengetahuan akan bencana Tsunami, Sosialisasi tentang bencana Tsunami serta memperkenalkan cara antisipasi dan langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana Tsunami sejak dini.
6. Membentuk dan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk antisipasi bencana.
Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi dampak buruk bencana Tsunami.
2.1.1 Langkah-langkah yang dilakukan saat terjadi bencana Tsunami
Langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana Tsunami terjadi adalah sebagai berikut:
1. Jika dirasakan bumi bergetar di pinggir laut maka segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi atau menuju temat evakuasi yang sudah diatur (apabila situasi memungkinkan).
2. Jangan Panik.
3. Jika situasi tidak memungkinkan ke tempat evakuasi, mak carilah bangunan bertingkat bbertulang baja utnuk menuju lantai paling atas.
4.Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu kapal anda kearah laut yang lebih dalam.
5.Jika anda berada di pantai atau di dekat pantai, segera panjat bangunan atau pohon yang tinggi, yang paling dekat dari tempat anda berada. Ingat waktu kita untuk berlari dari kejaran gelombang tsunami itu hanya kurang dari 20 menit.
6.segera selamatkan diri anda apabila anda menemui gejala-gejala berikut ini:
1). Air laut yang surut secara tiba-tiba.
2). Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
3). Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
4). Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet atau pesawat supersonik atau suara ledakan bom runtuh.
2). Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
3). Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
4). Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet atau pesawat supersonik atau suara ledakan bom runtuh.
Setelah Terjadi Tsunami
a) Berusahalah untuk tetap tenang.
b) Cek diri kita dan keluarga, apabila ada yang terluka segera lakukan pertolongan pertama atau bawa ke posko pengungsian terdekat, karena biasanya tersedia fasilitas kesehatan.
c) Apabila ikut melakukan pencarian korban, utamakan korban yang masih hidup.
d) Usahakan mengenakan pakaian dan sarung tangan saat melakukan pencarian agar terhindar dari benda tajam.
e) Mintalah informasi pada instalasi berwenang seperti BMG, jangan percaya kabar-kabar yang tidak jelas asal usulnya.
2.2 Antisipasi bencana Erosi
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengantisipasi erosi adalah sebagai berikut:
a. Melindungi daerah terbuka dengan menanam tanamn pada setiap tanah yang kosong. Hal ini bertujuan agar tanah dapt diikat oleh tanaman, sehingga pada waktu hujan tidak mengalami erosi yang berlebihan.
b. Mengurangi daerah miring atau kemiringan tanah. Dapat dilakuakn dengan menggunakan teras-teras dengan tanman sehinggs ikatan tanah menjadi lebih kuat, laju aliran air dapat dihambat, tidak mudah erosi oleh air maupun angin.
c. Pengaturan aliran air lewat saluran tersier.
d. Reboisasi.
e. Penataan kegiatan konstruksi dan jalan.
f. Tidak melakukan alih fungsi hutan sebagai lahan pertanian.
g. Memperbesar kapasitas infiltrasi tanah, sehingga lajunya aliran permukaan dapat dikurangi.
h. Memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga lapisan permukaan tanah tahan terhadap pengaruh tumbukan butir- butir air hujan.
i. Mengurangi lajunya aliran- aliran air permukaan agar daya kikisnya terhadap tanah yang dilaluinya dapat diperkecil.
j. Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan-hutan cadangan.
k. Menyelenggarakan pertanian di daerah miring secara benar.
l. Terasering, yaitu menanam tanaman dengan sistem berteras-teras untuk mencegah erosi tanah.
m. Membuat oasis buatan, dan mengaliri air atau menanami pohon-pohon, seperti : kaktus, pakis dan lain-lain yang bisa menyimpan air (mengatsi erosi angin).
n. Menanami pohon-pohon untuk menghalangi longsorang salju. (mengatasi erosi gletser).
o. Memecah ombak-ombak yang besar dengan cara membuat benteng atau karung buatan (mengatasi erosi abrasi).
p. Meningkatkan kadar Humus tanah.
2.2.1 Cara-cara pengendalian erosi :
CARA VEGETATIF
Cara ini didasarkan pada peranan tanaman, dimana tanaman- tanaman itu sebagai bahan yang mempunyai peranan untuk mengurangi erosi, yaitu dalam hal:
a. Batang, ranting dan daun- daunnya berperan menghalangi tumbukan- tumbukan langsung butir- butir hujan pada permukaan tanah
b. Daun- daun penutup tanah serta akar- akar yang tersebar pada lapisan permukaan tanah, berperan mengurangi kecepatan aliran air permukaan
c. Akar- akar tanaman berperan memperbesar kapasitas infiltrasi tanh
d. Akar- akar tanaman berperan dalam pengambilan/ pengisapan air bagi keperluan tumbuhnya tanaman
Cara Vegetatif dalam pelaksanaannya dapat meliputi kegiatan- kegiatan sebaagai berikut:
· Penghutanan kembali (Reboisasi) dan penghijauan
· Penanaman tanaman penutup tanah
· Penanaman tanaman secara garis kontur
· Penanaman tanaman dalam strip
· Penanaman tanaman secara bergilir
· Pemanfaatan serasah tanaman
CARA MEKANIK
Cara ini membutuhkan pembiayaan yang besar di banding dengan cara vegetatif, karena menyangkut pembuatan prasaranan, seperti:
· Pembuatan jalur- jalur bagi pengaliran air dari tempat- tempat tertentu ketempat pembuangan
· Pembuatan teras- teras atau sengkedan- sengkedan agar aliran air dapat terhambat sehingga daya angkut/ daya hanyutnya berkurang
· Pembuatan selokan- selokan dan parit pada tempat- tempat tertentu
· Melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar dengan garis kontur
Walaupun dengan cara ini memerlukan biaya yang cukup besar, hendaknya cara ini perlu diperhatikan.
CARA KIMIAWI
Yang dimaksud dengan cara kimiawi dalam usaha pencegahan erosi yaitu dengan pemanfaatan bahan- bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi.
Pemantap tanah dengan bahan pemantap ialah pembentukan struktur tanah dengan pori- pori atau ruang udara didalam tanah diantara agregat- agregatnya yang sekaligus mencapai kestabilan, dimana penggunaan bahan pemantap tersebut dapat berupa bahan alami ataupun buatan teta[pi terbatas pada jumlahnya yang sedikit.
Penggunaan bahan- bahan pemantap tanah bagi lahan- lahan pertanian yang baru dibuka sesungguhnya sangat diperlukan mengingat:
· Lahan- lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tana- tanah perawan yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan baik
· Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur- unsur hara yang terangkut
· Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan pertanian, telah menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya lapisan Top Soil, mengingat pekerjaan mempergunakan peralatan- peralatan besar
Jadi struktur tanah itu haruslah distabilkan dahulu dalam penstabilannya harus menggunakan bahan- bahan pemantap dengan dikombinasikan dengan tanaman- tanaman yang dapat menunjang kesuburan tanah.
Jenis- jenis bahan pemantap tanah:
- Emulsi bitumen Berbentuk cair.
- Polyurethane Berbentuk cair.
- Polyacrylamide Berbentuk cair.
- Polyacrylacid Berbentuk cair.
- Polysachharide Berbentuk cair.
- Polyvinylalcohol Berbentuk cair.
Cara pemakaiannya, dengan cara disemprotkan pada permukaan tanah.
2.3 Antisipasi Bencana Banjir
Bencana banjir dapat ditanggulangi dengan cara :
- Pemetaan lingkungan.
- Penghijauan.
- Pengaturan daerah aliran sungai yang terhindar dari erosi.
- Membuat lubang biopori.
- Melakukan pendalaman sungai.
- Mengatur system drainase yang baik.
- Tidak membuang sampah sembarangan.
- Membuat sistem pengendali banjir seperti kanal.
- Perbaikan system DAS.
- Penataan bangunan dan pembersihan bangunan liar di area DAS.
2.3.1 Langkah-langkah yang dilakukan apabila terjadi bencana banjir:
Sebelum Terjadi Banjir:
- Kerja bakti di sekitar lingkungan.Baik membersihkan saluran air, maupun menanam tanaman. Hal ini dapat dilakukan di hari libur bagi warga atau masyarakat yang padat akan kesibukannya.
- Membuang sampah pada tempatnya.Hal ini sebenarnya gampang untuk dilakukan, namun tetap saja banyak sampah dimana-mana. Hal ini merupakan bukti bahwa masyarakat belum sadar akan pentingnya dalam membuang sampah pada tempatnya.
- Melaksanakan program 3M yang pada umunya tidak hanya mencegah pada penyakit DBD, namun juga untuk mencegah terjadinya banjir atau genangan air.
Saat Terjadi Banjir:
v Sebelum air mulai meninggi, pindahkan barang-barang ke tempat atau lantai yang lebih tinggi. Untuk barang-barang yang kecil atau ringan sebaiknya di ikat terlebih dahulu pada arang yang lebih bert / besar agar tidak hanyut terseret banjir.
v Bila diperkirakan air akan menggenang lebih tinggi lagi, lakukan evakuasi selagi mudah untuk dilakukan (sebelum air lebih tinggi), jangan menunggu air benar-benar tinggi.
v Tutup keran utama air bersih (terutama jika menggunakan air ledeng / PDAM) bila ketinggian air hendak mencapai keran air.
v Matikan/putuskan aliran listrik rumah melalui saklar/sikring utama bila ketinggian air hendak mndekati sikring utama atau bila terlihat mengkhawatirkan / dapat berbahaya.
v Bila mengungsi, cobalah cari informasi mengenai tempat penampungan sementara / posko banjir terdekat.
v Bila tidak ada posko banjir, cari dan pergilah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi tetapi lokasinya dekat dengan tempat yang lebih tinggi lagi bila dibandingkan dengan tempat tersebut. Hal ini untuk mencegah bila ternyata air banjir terus meluap / semakin tinggi.
v Sebelum air terlalu tinggi, ungsikan terlebih dahulu orang tua / lanjut usia, anak-anak, wanita dan ibu hamil, dan sisakan dua atau tiga orang pria dewasa yang menjaga rumah bila anda khawatir akan keselamatan harta benda.
v Bila anda terlambat mengungsi dan ketinggian air sudah cukup tinggi, pergilah mengungsi secara berkelompok, agar bila terjadi sesuatu dapat saling tolong-menolong
v Saat mengungsi, jauhi dari saluran air agar tidak terjatuh dan hanyut terseret arus banjir yang lebih deras
v Ketika berjalan menuju tempat pengungsian, pertimbangkan untuk menggunakan tali tambang untuk mempermudah evakuasi.
v Siapkan jerigen bekas yang kosong, gabus, perahu, atau alat pelampung lainnya sehingga bila anda terjebak di atap rumah dengan air yang semakin meninggi, anda dapat berusaha untuk menyelamatkan diri anda secara darurat.
v Siapkan barang-barang bawaan untuk mengungsi seperti :
· Handphone dengan charger.
· Senter dan baterai cadangan.
· Makanan dan minuman (menggunakan kemasan anti air atau dibungkus plastik).
· Surat-surat berharga atau dokumen penting seperti sertifikat rumah, tanah, ijasah, dll (dibungkus plastik).
· Radio kecil, bila handphone anda tidak memiliki fasilitas Radio FM / televisi.
· Obat-obatan untuk dalam darurat, termasuk obat-obatan untuk rawat jalan.
· Uang tunai
· Selimut dan sarung
· Pakaian secukupnya agar tidak menjadi beban berat (bungkus dengan plastik agar tidak basah)
Tindakan Pasca Banjir :
· Pastikan peralatan kebutuhan emergency tetap kering. Jangan makan dengan menggunakan peralatan yang terkontaminasi dengan air banjir. Sterilkan peralatan makanan dengan menggunakan air panas.
· Jangan menggunakan perlatan listrik yang terendam banjir.
· Hati-hati dengan ular, kalajengking atau binatang berbisa lainnya yang masuk ke dalam rumah.
· Masuk ke dalam rumah dengan menggunakan sepatu karet/boot dan sarung tangan.
· Bersihkan sisa lumpur yang berada di lantai atau menempel di dinding sesegera mungkin. Sisa lumpur yang kering akan menimbulkan debu dan dapat mengganggu kesehatan (menggangu saluran pernapasan, iritasi mata dan gatal-gatal).
2.4 Antisipasi Bencana Tanah Longsor
Antisipasi bencana tanah longsor dapat dialakukan dengan cara:
ü Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di
dekat pemukiman.
dekat pemukiman.
ü Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun
permukiman .
permukiman .
ü Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan.
dalam tanah melalui retakan.
ü Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
ü Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
ü Jangan menebang pohon di lereng.
ü Jangan membangun rumah di bawah tebing.
ü Menghindari membuat bangunan di lereng.
ü Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya.
ü Mengurangi tingkat keterjalan lereng .
ü Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air tanah. (Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan airn dari lereng, menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).
ü Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling .
ü Terasering dengan sistem drainase yang tepat.(drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).
ü Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan , di bagian dasar ditanam rumput).
2.4.1 Hal – Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi Bencana:
1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berncana memang datang selalu tiba-tiba, Tak pernah mengetuk ataupun permisi. Namun inilah yang membuat kita lebih sigab dalam manghadapi bencana. Bencana membuat kita belajar , mencari solusi untuk meminimalisir dampak buruk akibat dari bencana, mempelajari bencana dan membangun sistem peringatan dini akan bencana.Tsunami salah satu bencana yang sering terjadi dan makin banyak dipelajari, cara penanggulangannya adalah dengan membangun system peringatan dini (early warning sistem), relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami (population of park), membuat jalur evakuasi dan persedian lahan (evacuation of route and emergency shelter) dan membentuk tim penanganan bencana Tsunami (disaster management and disaster assessment).
Selain Tsunami ada juga agenda tahunan Ibu Kota Negara kita, apalagi kalau bukan banjir. Bencana yang satu ini sudah banyak dipelajari dan ditanggulangi. Diantaranya dengan cara membangun kanal yang bernilai milyaran rupiah, membangun situ, penataan kota hingga penggusuran bangunan liar di daerah DAS namun masih saja menjadi agenda tahunan.
Selain banjir erosi dan tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi penyebabnya tidak lain hanyalah penebangan pohon dan pengalihan fungsi hutan sebagai lahan-lahan pertanian.
Upaya untuk menanggulanginya adalah dengan melakukan reboisasi, membangun terasiring, dan tidak mendirikan bangunan di daerah yang rawan akan bencana tanah longsor.
Pada intinya semua tergantung pada diri kita karena bencana datang sebagian besar akibat ulah kita, manusia. Akankah kita akan mencegah ataukah merusaknya semakin parah?
Bukankah mencegah itu lebih baikdaripada mengobati?
Kelestarian umat tergantung pada tangan kita, pencegahan, penanggulangn dan antisipasi adalah serangkaian kegiatan yang harus kita lakukan demi keselamatan umat manusia.
3.2 Saran
Masyarakat hendaknya bisa memperhatikan tanda-tanda akan terjadinya tsunami, erosi, banjir dan tanah longsor. Mengetahui bagaimana cara mengantisipasi bahaya bencana tersebut . Sehingga ketika akan terjadinya bencana tersebut tidak ada kepanikan dan kecemasan yang berlebihan.