Bahkan serpihan kaca pun tak mampu menghilangkannya. Tetesan merah tak terasa lagi mengalir, air mata hanya menyambut rasa kecewa dan tandusnya hatiku itu. Beginikah hausnya gurun itu menantikan hujan yang tak kunjung datang. Kecewa dan menyesal, andaikan otakku ini adalah sebuah flash disk yang bisa diformat kapan saja, tapi sayangnya ini adalah lembaran bergaris merah yang kini usang. Tak terasa sayatan kecil menggores sedikit di pergelangan kecil ini, antara logika dan nurani. Betapa hancurnya aku saat ini, bayanganmu selalu mengikutiku, aliran darahkupun mempertanyakan mampukah kamu mempertanggungjawabkan janji-janjimu itu?
Presepsi dan argumentasipun mulai hadir dan berkeliling di benak ini, kupandang serpihan kaca yang terseimuti darah dan air mata, kuingat betapa menyesalnya diriku saat kuingat pemikiranku itu. Bagaimanapun aku hanyalah manusia tanpa daya. Disaat aliran ini mulai berhenti kupandang garis lurus merah yang mengungkapkan betapa tegasnya cinta dan sayangku padamu. Disaat ku mengingat kini dirimu bukanlah milikku lagi, aku hanya bisa berharap hari-hari ini cepat berganti. Akupun beranjak dari tempatku saat ini. Mulai kurebahkan jiwa lemah yang sedang tertatih-tatih ini dibantu dengan butiran-butiran penenang sambil berharap efeknya mampu membuatku bangun kesiangan, dan lekas tertidur dikala malam.
Perjalananku terasa semakin berat, akupun mulai berdiam diri dan menutup semua akses komunikasi, tapi kenapa kalian masih perduli dengan sebutir debu yang tiada guna lagi? Apakah yang kalian cari dariku? Pemikiranku seperti dikala itu atau senyuman manisku?
detik berganti detik namun tetap saja bayangmu selalu mengisi, aku semakin terpuruk disaat ku tahu betapa mudahnya kamu melupakan aku, mengapa ini tak bisa berjalan seperti sebatang coklat untuk adinda?
Akupun mulai mencoba untuk mulai berdiri, diam dan berprinsip berdikari, monarki absolut autarki yang individualism namun kenapa masih saja ada yang membutuhkan aku? Bukankah aku ini seonggok sampah yang tak bermakna. Lantas kenapa pula ini harus memerlukan sebuah pengorbanan lagi? Tidak bisakah semua berjalan tanpa ada yang harus dikorbankan, lantas kemanakah aku harus meminta pertanggung jawaban atas semua yang telah kukorbankan. Lagi-lagi aku adalah seorang manusia yang tak memiliki jiwa pemarah namun bisa pula marah, tak memiliki jiwa pendendam namun aku juga bisa dendam,Ingin rasanya ku obral cintaku kepada mereka yang mengharapkanku kemudian aku akan membuat mereka merasakan rasa sakit yang sama sebagai butiran usang yang tak berdaya dipermainkan keadaan. Tapi lagi dan lagi aku adalah manusia yang tak memiliki jiwa player, akhirnya komitmenku tercekal oleh sebuah SK nurani, “Jika mencubit itu sakit, maka jangan pernah kamu mencubit”. Dari sini pulalah aku mengingat sebuah kata “aku dulu seperti itu tapi berkat kamu dan demi kamu aku akan berubah”, kini gulapun tak lagi terasa manis, ayam tak berasa ayam, dagingpun tak berasa daging semua rasanya adalah sama hambar bagaikan air tawar yang telah dibubuhi kekecewaan, mungkin partikelnyapun telah menghitam akibat tak sudi melihat air mata yang selalu kuteteskan. Andaikan aku adalah seorang anggota NII yang bisa terformat seluruh mainsetnya, tapi lagi dan lagi aku adalah manusia yang tidak hanya menggunakan perasaan namun juga orientasi kerasionalan dan kelogikaan, tapi mengapa semua itu tak berdaya bila menghadapi cinta.
Kini disaat aku mulai terpojok, tak ada lagi kawan tak ada lagi lawan, ingin rasanya aku masuk kedalam dunia kelam menggunakan hidup hanya untuk bersenang-senang, berkawan dengan barang-barang setan, tapi lagi dan lagi aku ini adalah seorang manusia rasional. Semua pemikirankupun telah menemui titik klimaksnya, tak mampu mengingat janji-janji yang membuatku terlena tak berdaya yang akibatnya airmataku selalu mengalir tiba-tiba tak perduli dimanapun aku berada, ditambah dengan banyak hal yang membuatku teringat akan dirimu. Berapa banyak air mata lagi yang harus aku keluarkan, berapa banyak teriakan yang harus ku teriakkan agar aku bisa meluapkan semua rasa sedih, kecewa dan rasa sesal ini dan berapa banyak lagikah butiran-butiran yang harus aku telan agar aku bisa mendapatkan sebuah rasa nyaman?
Sepertinya hanya si toshi yang mampu mengerti, membiarkanku memutar alunan-alunan didalamnya, membiarkanku mengisinya dengan luapan-luapan rasa sakit dan terabaikan serta membiarkanku mengisinya dengan lembaran-lembaran sesal.Dan disaat Strongholdpun tak mampu lagi untuk menghiburku lantas dimanakah aku harus menghibur diriku, kucoba berbicara dengan sesorang namun nyanyian mereka tetaplah sama karena mereka tak tahu betapa aku mencintainya. Berkali-kali bibirku ini berkata aku tak kuat lagi, haruskah aku pergi? Kudengar nyamuk membisikiku “TIDAK” lihatlah aku walaupun sendiri aku mampu berdiri. Disini hatiku semakin yakin untuk mengukuhkan komitmenku menutup semua akses komunikasi dan mulai berdiri sendiri diatas sepatu individualism dan dibawah topi monarki absolut. Dirikupun mulai mengangkat kepala dan memandang lurus walaupun aku tak mampu membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, dan kini kembali lagi aku harus merasakan sempitnya berjalan diatas dua muka. Ironi memang bila aku harus menapaki jejak-jejak kelam saat aku merubah haluan, sesalku hanya satu mengapa ini semua terjadi disaat aku mulai bisa menikmati keterpaksaan itu? Sekali lagi, karena aku adalah manusia, yang akhirnya membawaku menuju keputusan masalalu, andaikan aku dulu gigih memegang kata tidak, maka ini tidak akan terjadi, pemikiranku yang terlanjur basah selalu menguatkanku. Lantas aku bisa apa? Sebenarnya aku sendiri tak tahu siapa diriku, sepertinya sudah tak ada semangat dan hari esok lagi. Semua bernyanyi move on hanya adele lah yang bernyanyi some one like you. Andaikan aku ini adalah dirimu yang mudah lupa dan andaikan kamu berada diposisiku saat ini pasti kamu akan tau betapa aku sangat mencintaimu. Sekarang bagaimana aku harus mencari kunci hatiku yang telah kau buang ke lautan itu? Berapa banyak waktu lagi? Sadarkah kamu bahwa aku adalah seorang yang memiliki ingatan tajam yang akan sulit melupakan sesuatu hal. Sekarang apabila aku pertanyakan janji-janjimu yang tak perduli apapun dan akan terus bersamaku maka mampukah kamu mempertanggung jawabkannya? Lagi dan lagi karena aku adalah manusia bagaimanapun aku sadar diri dan mema’fukan janji-janjimu. Aku memang tak layak berada disampingmu karena aku bukanlah orang baik yang bisa mengerti kamu, mengerti akan kehidupanmu. Sekarang aku telah sadar ucapan seseorang bahwa cinta itu tak harus memiliki, asalkan dirimu bahagia akupun akan bahagia pula. Sekarang akupun tak bisa menafikkan lagi ucapan kawanku bahwa cinta itu keindahannya hanya diawal semata namun setidaknya aku pernah menanggalkan satu pendapatnya, walaupun sekarang aku tak mampu lagi melakukan hal yang sama menjadikan relasi ini tetap terjalin indah sebagai seorang sahabat. Seberapa banyak aku menyesal dan mengungkapkan rasa kecewa ini toh semua tiada guna lagi, walaupun aku berteriak seribu kali bahwa aku tulus mencintai dan menyayangimu,sepertinya sikapmu akan selalu sama. Beruntungnya dirimu menjadi seseorang yang mudah lupa tanpa tau disini ada seorang punguk yang selalu menangis, menanti dan merindukan bulannya. Tapi setidaknya aku masih bersyukur diriku masih bisa berguna bagi orang lainnya, mungkin suatu saat aku akan merubah komitmen individualism, monarki absolut dan autarki ini, karena aku sadar ini adalah diktator yang aku gunakan untuk bertahan, jika aku telah menemukan kemana hidupku akan terdedikasi aku ingin merubah pendirianku itu. Satu yang mampu mengalahkan stronghold yaitu mengajar kawan-kawan menjadi asisten guru dan menggantikan beliau karena ada sebuah kepentingan. Terimakasih kawan berkat kerjasama kita, belajar bersama kita tadi aku bisa sedikit tertawa walaupun tetap aku tak mampu melupakannya. Disaat aku menunjuk seseorang untuk mencoba mempraktikan apa yang telah aku jelaskan rasanya aku begitu iri padanya, walaupun tetap belum bisa dan mengerti tapi tetap saja masih ada tawa diraut mukanya, andaikan aku bisa menjadi pribadi seperti itu. Sepertinya ucapan terimakasihku ini untukmu kawan. Walaupun kamu sekarang tak mau mendengarkan aku, mulai pergi dan menjauhiku tapi setidaknya dengarkanlah pengakuan terakhirku ini AKU MENCINTAIMU APA ADANYA jika kamu belum percaya aku akan memberikanmu sebuah alasan, tanpa kamu sadari selama ini aku sabar menantimu, sabar menghadapi keterbatasan waktumu untukku karena berbagai aktivitasmu, setidaknya tak berlebihanlah jika kini aku mengucapkan terimakasih padamu karena bagaimanapun kamu pernah memberikan warna-warni indah dalam lembaran-lembaran monoton hidupku ini. Akupun meminta maaf atas semua kesalahanku, kemarahanku dan ketidak mampuanku untuk mengerti kamu. Biarpun berat kini aku akan mencoba bangkit seraya berkata aku adalah rumahmu, kemanapun kamu pergi kembalilah kerumahmu ini, pintuku selalu terbuka lebar untukmu. Aku akan mencoba menepati janji-janjiku padamu, dan sekarang tak ada hak lagi aku untuk memarahimu, mencemburuimu, melarangmu ini dan melarangmu itu krena bagaimanapun aku ini adalah manusia yang mempunyai rasa sadar diri, dan menghargai. Dengarlah pintaku untuk hargailah orang-orang yang mencintaimu wlaupun aku tak termasuk kedalam daftar itu. Jika seseorang berkata kepadaku life must go on, move on, maka aku akan berkata diriku harus mulai berdedikasi dan terus berorientasi. Setiaku bukanlah SEtiap TIkungan Ada bukan pula SElingkuh TIada Akhir tapi setiaku adalah karena cinta. Sekarang aku tidak akan lagi berusaha melakukan hal yang terbaik tapi aku kan berusaha melakukan semuanya dengan sempurna.
I WIIL ALWAYS LOVE YOU karena aku adalah manusia yang DON’T WANNA TELL A LIE FOR LOVE.Sekali lagi karena aku adalah manusia.
Authentic short story by: Rofi M.A
0 komentar:
Posting Komentar